Home » , » Apakah Dukacitamu Adalah Dukacita Sorgawi? atau Duniawi?

Apakah Dukacitamu Adalah Dukacita Sorgawi? atau Duniawi?

dukacita sorgawi
Dukacita Sorgawi atau Dukacita Duniawi? - Keterbatasan kata-kata membuat kita sering keliru mengartikan satu kata atau melukiskan satu keadaan dengan kata-kata tertentu. Sebagai satu contoh, coba perhatikan Yesus sebagai salah satu dari kotbah-Nya di bukit: "Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur." (Mat 5:4). Bagaimana dapat dikatakan berbahagia mereka yang berdukacita? Sebab semestinya seseorang berdukacita karena ada malapetaka atau kesakitan yang menimpa dirinya atau orang-orang yang dikasihinya. Yesus mengatakan bahwa mereka berbahagia sebab mereka akan dihiburkan. Tapi apakah berarti semua yang berdukacita akan menerima penghiburan? Tidak demikian, justru disinilah letak keterbatasan pemahaman kata 'dukacita' yang melukiskan semua pemahaman tentang hati yang sedih, tidak perduli apapun alasannya, padahal yang Tuhan maksudkan disini adalah dukacita yang menurut kehendak Allah, Godly sorrow.

          Jika kita memperhatikan ayat di 2 Korintus 7, kita akan dibuat mengerti bahwa penyesalan belum tentu mendatangkan pertobatan. Ada begitu banyak penjahat didalam penjara yang menyesal ketika hukuman dijatuhkan dan mereka dijebloskan ke dalam penjara, tidak sedikit bahkan dari mereka yang menangis. betulkah tangisan penyesalan tersebut membuahkan pertobatan? Waktu akan membuktikan, sebab tidak sedikit yang bolak balik keluar masuk penjara atau jatuh lagi kedalam dosa yang itu itu lagi tanpa terlihat adanya buah pertobatan sama sekali. Apa yang membuat yang satu menyesal dan menangis sehingga membuahkan pertobatan, yang lain menyesal dan menangis juga tapi membuahkan dosa yang menjadi biasa? Bedanya ada pada bentuk atau alasan dukacita mereka, apakah itu dukacita yang menurut kehendak Allah (Godly sorrow), atau dukacita duniawi (wordly sorrow).
   
          Ada 2 murid Yesus yang sama-sama telah berdoa dan telah sama-sama mengkhianati Tuhannya, Yudas Iskariot dan Petrus bin Yunus. Dua-duanya juga sangat menyesal dan sedih hatinya, coba perhatikan catatan Alkitab ini: Matius 27:3 "... Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada iman-iman keala dan tua-tua,..." Kemudian tentang Petrus demikian: Lukas 22:61-62 "... Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata kepadanya: "Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku." Lalu ia pergi ke luar dan menangislah dengan sedihnya..." Tapi kenapa Yudas mengakhiri penyesalan dan ke sedihannya dengan bunuh diri, sedangkan Petrus mengakhiri penyesalan dan kesedihannya dengan pertobatan? Sebab Yudas dipenuhi dukacita duniawi (Wordly sorrow) yang berpusat kepada dirinya sendiri, rasa malu akan perbuatannya dan menyesali dampak kepada Tuhan, perasaan Tuhan, yang berpikir kan adalah dia telah melukai hatinya Tuhan.

            Jadi sekarang jelas perbedaan yang sangat nyata antara dukacita duniawi dan dukacita sorgawi, perbedaannya terletak pada untuk kepentingan siapakah kita berduka? Pada umumnya manusia berduka untuk kepentingan dirinya sendiri, karena dia dipermalukan atau dirugikan, atau karena dia telah kehilangan sesuatu yang berharga baginya, atau karena dia bersedih karena nama baiknya  atau masa depannya akan hancur. Itulah dukacita yang pada umumnya kita temukan di hidup ini. Dukacita yang demikian tidak akan membawa kepada pertobatan , sebab fokusnya adalah diri sendiri, untuk kepentingan kita sendiri. Dukacita yang demikian hanyalah merupakan ungkapan prasaan yang mengasihi diri sendiri atau sekedar penyesalan akibat rasa sakit, bukan karena sadar telah melukai hati Tuhan. Dukacita Sorgawi, sebaliknya, adalah dukacita karena sadar bahwa kita telah mendukakan hati Tuhan, menangis karena hati kita merasakan detak kepedihan hati Tuhan yang hancur akibat perbuatan atau perkataan kita yang salah.

Dukacitamu Adalah Dukacita Sorgawi atau Duniawi?
          Ingat kisah orang muda yang kaya raya yang datang kepada Yesus untuk mencari jawaban tentang jalan kesempurnaan dan kehidupan yang kekal? Setelah mendengar jawaban Yesus, dia pergi dengan berduka hatinya begitu sedih (Matius 19), tapi dukacitanya itu didasari karena dia begitu cinta akan hartanya yang begitu banyak, bukan karena dia harus meninggalkan Yesus. Mari kita menguji hati kita sendiri, kapan terakhir kalinya engkau merasakan sungguh-sungguh berdukacita atau bersedih? kapan yang masih engkau ingat, dirimu merasakan dukacita yang begitu kuat, menangis sampai tidak bisa meneteskan air mata lagi? Tentang apa atau tentang siapa engkau berduka? Apakah seperti orang muda yang kaya di Matius 19, atau seperti Yesus yang menangisi kota Yerusalem, sebab Dia melihat kepentingan Bapa Surgawi,  melihat cinta Bapa. disinilah letak perbedaan cinta manusia dan cinta Tuhan. Jika saya mencintai seseorang wanita dan cita saya ditolak, saya akan besedih, sebab saya kehilangan sesuatu... Tuhan mencintai kita, dan jika kita menolak cinta-Nya, Dia akan bersedih, sebab kita kehilangan sesuatu. God bless you...

0 comments:

Post a Comment

Translate


Popular Posts

Powered by Blogger.